Sejarah Korea dimulai dari mitologi pendiri Korea, Dangun, sampai
masa 3 Kerajaan - masa Kerajaan Silla Bersatu - masa Kerajaan Koryo -
masa Kerajaan Chosun - masa penjajahan Jepang - pembagian Korea Selatan
dan Korea Utara serta masa Republik Korea.
Kini teritorial Korea sampai Semenanjung Korea dan pulau-pulau miliknya,
namun panggung sejarah sampai wilayah timur laut Cina.
Mitologi Pendiri Korea, Dangun dan Masa Kerajaan Kojosun
Rakyat Korea dan negara Korea dimulai dari mitologi pendiri Korea, Dangun.
- Mitologi Dangun
Hwanung yang merupakan anak putra dari Tuhan Langit, Hwanin,
turun ke bumi untuk baik memimpin dunia bersama Tuhan Angin, Tuhan Awan,
dan Tuhan Hujan, kemudian membangun 'kota Tuhan' di gunung Taebaek
(yang sekarang ditempati Gunung Myohang di Korea Utara).
Sementara itu, beruang dan harimau berdoa menjadi manusia kepada
Hangwung, hingga mendapat jawaban bahwa mereka harus makan mugwort dan
bawang putih dan tidak melihat sinar matahari selama 100 hari untuk
menjadi manusia. Harimau gagal mengi kutinya, sedangkan beruang sanggup
melakukannya, hingga sukses menjadi wanita, yakni Ungnyeo.
Ungnyeo berharap melahirkan anak, maka Hwangung menikah dengan Ungnyeo
ini, hingga melahirkan anak laki-laki, bernama 'Dangun'. Dangun Wanggom
membangun negara bernama 'Chosun' dan menentukan Pyeongyangsung sebagai
ibu kota.
Dangun memimpin negara itu selama seribu 5 ratus tahun, dan hidup selama
seribu 908 tahun, kemudian menjadi Tuhan Gunung. (menurut Catatan
Samguk Yusa yang dituliskan mengenai berbagai fakta sejarah oleh biksu
Iryon pada tahun 1281)
- Pemahaman Mitologi Dangun
Proses kelahiran Dangun dijelaskan sebagai proses nenek moyang bangsa Korea untuk menguasai bumi di Semenanjung Korea.
Adanya beberapa Tuhan tersebut mengungkapkan negara ini telah memiliki
teknologi maju termasuk di bidang pertanian. Wungnyeo yang diinkarnasi
dari beruang tersebut, merupakan sejenis mahluk bumi. Perkawinan Hwanung
dan Wungnyeo menunjuk proses bahwa kekuatan yang baru datang dan
kekuatan yang ada, yakni mahluk bumi, diharmoniskan, maka membentuk
bangsa baru.
Dangun merupakan lambang pemimpin untuk bangsa baru ini. Oleh karena
itu, bangsa Korea menyebutnya sendiri sebagai 'anak Dangun'.
- Masa Gojosun (tahun 2333 S.M ? ~ abad ke-2 S.M)
Dangun Wanggom diperkirakan membangun negara di tahun ke-50
sejak raja Yoje di Cina naik tahta, yakni sekitar tahun 2333 sebelum
Masehi.
Masa Gojosun dianggap masa pra sejarah. Dengan demikian, mitologi dan
sejarah untuk masa itu berdasarkan cacatan kuno di Cina dan bukti ilmu
purbakala. Nama Dangun Wanggom menunjuk bahwa masa Gojosun merupakan
pujaan terhadap Tuhan dicerminkan pada politik. Masa Gojosun terdiri
dari Josun Kuna, Josun Kija, Josun Wiman dan sebagainya, yaitu kekuatan
pimpinan dirubah dari Dangun menjadi Kija, Wiman dan sebagainya. Masa
Gojosun semakin ditutup setelah Gojosun gagal dalam pertengkaran
hegemoni dengan kerajaan Han di abad ke-2 sebelum Masehi.
Masa 3 Kerajaan (abad pertama S.M ~ tahun 668 T.M)
Berbagai suku berkumpul di Semenanjung Korea dan Mancuria, hingga
meresmikan 3 kerajaan di abad pertama sebelum Masehi.
3 kerajaan itu adalah Kerajaan Koguryo di bagian utara Semenanjung Korea
dan wilayah Mancuria, kerajaan Baekje di bagian barat Semenanjung
Korea, dan kerajaan Baekje di bagian timur Semenanjung Korea.
3 kerajaan tersebut berkembang setelah berbagai suku bergabung, namun
mereka tetap mempunyai kesadaran bahwa mereka adalah pewaris Dangun.
- Kerajaan Koguryo (37 tahun S.M ~ tahun 668 T.M)
Kerajaan Koguryo didirikan oleh 'raja Jumong(Dongmyong Songwang)
di bagian selatan Mancuria. Teritorial kerajaan Koguryo mencakup
sebagian Mancuria dan bagian Utara Semenanjung Korea, hingga kerajaan
Koguryo tidak bisa dihindari dari pertentangan dengan suku Han di Cina.
Kerajaan Koguryo mengusir segala kekuatan Cina dari Semenanjung Korea
setelah mempecundangi tentara Nakrang dan Daebang di Cina yang mapan di
Semenanjung Korea di saat kerajaan Gojosun runtuh. Setelah itu, kerajaan
Koguryo juga berhasil memukul mundur kerajaan Su di Cina di tahun 598
lalu, hingga muncul sebagai negara kuat di wilayah Asia Timur Laut.
Oleh karena itu, kerajaan Koguryo membuat jaya nama dengan memiliki
teritorial yang paling luas dan militer yang paling kuat diantara 3
kerajaan.
Meskipun demikian, kerajaan Koguryo yang kekuatan nasional menjadi lemah
akibat pertengkaraan dengan kerajaan Su, akhirnya runtuh oleh pasukan
sekutu antara kerajaan Shilla dan kerajaan Tang, Cina. Setelah runtuh,
kerajaan Koguryo disatukan oleh kerajaan Shilla, namun sebagian para
migran yang menerima berbagai suku setelah pindah ke utara, berhasil
mendirikan kerajaan Balhae.
- Baekje (18 tahun S.M ~ tahun 660 T.M)
Menurut legendanya, dua anak laki-laki dari raja Dongmyong
Songwang di kerajaan Koguryo, yaitu Onjo dan Biryu membangun kerajaan
Baekje setelah turun ke selatan. Dengan kata lain, kerajaan Baekje
didirikan oleh kekuatan migran yang didorong dari kekuatan pimpinan
kerajaan Koguryo.
Kerajaan Koguryo dari bagian utara, menghalangi kerajaan Baekje maju,
dan melakukan pertukaran dengan berbagai kerajaan di Cina di bagian
timur.
Sementara itu, kerajaan Baekje tidak bisa dihindari dari pertengkaran
dengan kekuatan Cina di Semenanjung Korea, yaitu pasukan Daebang yang
menguasai bagian selatan kerajaan Baekje, serta mengadakan pertempuran
yang menyengsarakan dengan kerajaan Shilla di bagian timur yang semakin
berkembang.
Meskipun bunga budaya yang mewah berkembang, namun kekuatan nasional
menjadi lemah akibat pertengkaran kerajaan Koguryo, dan Shilla, hingga
ditaklukkan oleh pasukan gabungan di tahun 660. Setelah runtuh, banyak
migran pindah ke Jepang, hingga menyumbangkan jasa besar untuk membangun
negara kuno di Jepang dan menciptakan budaya Jepang.
- Shilla (57 tahun S.M ~ 935 T.M / termasuk masa kerajaan Shilla Bersatu)
Dibandingkan kerajaan Koguryo dan Baekje yang aliran Buyeo,
kerajaan Shilla berdasarkan cerita pendiri Shilla, Park Hyeokgeose yang
lahir dari telur. Dengan kata lain, kerajaan Shilla diciptakan lewat
keharmonisan antara para pribumi dan para pendatang yang memiliki
peradaban maju.
Kerajaan Shilla termasuk kerajaan Shilla Bersatu, dijuluki 'kerajaan
bersejarah selama seribu tahun' yang tetap ada selama 992 tahun.
Kerajaan Shilla berlokasi di bagian tenggara semenanjung Korea, jadi
sulit menerima peradaban maju. Oleh karena itu, kecepatan perkembangan
kerajaan Shilla paling lambat diantara 3 kerajaan. Namun, berkat adanya
perkembangan tanpa henti-hentinya, kerajaan Shilla meningkatkan kekuatan
nasional di bidang militer dan budaya. Setelah bekerja sama dengan
Tang, Cina, kerajaan Shilla meruntuhkan Baekje dan Koguryo secara
berturut-turut, hingga berhasil menyatukan 3 kerajaan.
Masa Kerajaan Shilla Bersatu (tahun 668 ~ tahun 935)
Masa kerajaan Shilla Bersatu menunjuk kerajaan Shilla setelah 3 kerajaan bersatu.
Kerajaan Shilla Bersatu yang menganut agama Budha, berhasil mengembangkan budaya yang bercahaya.
Setelah 3 kerajaan bersatu, kerajaan Shilla Bersatu mengusir kekuatan
Tang, kemudian menguasai seluruh Semenanjung Korea kecuali sebagian
wilayan utara. Di bagian utara, terdapat kerajaan Balhae yang didirikan
oleh migran kerajaan Koguryo.
Oleh karena itu, kerajaan Shilla Bersatu meletakkan batu landasan untuk Korea menjadi negara bersatu.
Di akhir masa kerajaan Shilla Bersatu, lapisan pemimpin tenggelam dalam
kemewaan dan hiburan, serta melalaikan keadaan negeri, hingga runtuh
setelah kerajaan Goryo menyatukannya kembali.
Masa Kerajaan Goryo (tahun 918 ~ tahun 1392)
Wang Kon, raja Taejo membangun kerajaan Goryo dengan menetapkan
Song-ak(Kaesong sekarang) sebagai ibu kota. Setelah menyatukan kerajaan
Shilla di tahun 935 dan meruntuhkan kerajaan Pasca Baekje di tahun 936,
kerajaan Goryo berhasil menyatukannya kembali. Kerajaan Goryo memuja
agama Budaha dan memperluas teritorial berdasarkan ‘kebijakan untuk maju
ke utara'.
Namun, di masa akhir kerajaan Goryo, istana kerajaan dikuasai akibat
penyerangan Monggol. Namun, kerajaan Goryo memulihkan kekuatan nasional
dalam situasi kekacauan di masa pergantian kekuatan Won-Ming di Cina.
Setelah itu, kerajaan Goryo menyerahkan tahta kepada jendral Lee
Sung-gye setelah kekuatan kesatria semakin tinggi. Kerajaan Goryo
berlanjut selama 474 tahun oleh 34 orang raja.
Masa Kerajaan Chosun (tahun 1392 ~ tahun 1910)
Kerajaan Chosun diresmikan oleh kekuatan kesatria baru termasuk
Lee Sung-gye bersama keturunan bangsawan baru berdasarkan Konfusianisme.
Pergantian istana tersebut tidak dilakukan oleh kekuatan senjata,
tetapi turun tahta, hingga disebut 'Reformasi Yeoksung'. Meskipun raja
mempunyai kekuatan yang mutlak, namun dikendalikan oleh golongan
bangsawan yang dilengkapi Konfusianisme, hingga bersifat istimewa.
Di masa kerajaan Chosun, budaya dan ilmu pengetahuan sangat berjaya,
misalnya huruf Korea, Hangeul diciptakan, dan alat pengukur curah hujan,
dikembangkan. Namun, kerajaan Chosun menjadi panutan dan penuh
ketekunan pada ideologi yang terlalu fanatik, jadi masyarakat menjadi
tidak aktif.
Setelah memasuki masa modern, kerajaan Chosun yang tidak bisa mengikuti
perubahaan dunia di masa modern, dan menjadi korban dalam pertengakaran
diantara negara-negara maju, hingga akhirnya tidak bisa dihindari dari
penjajahan Jepang di tahun 1910 lalu.
Masa Penjajahan Jepang (tahun 1910 ~ tahun 1945)
Setelah Jepang membangun Pemerintah Penjajahan Jepang di Korea,
Jepang merampas masyarakat Korea serta melarang memakai bahasa Korea dan
nama Korea dalam rangka mengasimilasikan masyarakat Korea dengan
masyarakat Jepang.
Saat itu Pasukan Kemerdekaan yang bertempat di Cina dan Rusia,
terus-menerus berjuang, bahkan Pemerintah Korea Sementara diresmikan di
Cina, hingga memimpin gerakan kemerdekaan.
Gerakan Kemerdekaan 1 Maret yang dilaksanakan di seluruh Korea pada
tahun 1919, terkenal sebagai gerakan tanpa senjata terhadap tentara dan
polisi Jepang yang bersenjata.
Setelah pasukan Jepang pulang ke Jepang seusai Perang Dunia ke-2 di tahun 1945, masa penjajahan Jepang selesai.
Masa Modern
Setelah Korea merdeka di tahun 1945, pasukan Amerika Serikat dan
pasukan Uni Soviet, mendirikan pemerintahan militer di bagian selatan
dan di bagian utara semenanjung Korea, hingga benih perpecahan Korea
ditaburkan.
Dengan hasil pemilihan umum, di Korea Selatan, lahir pemerintahan baru
berlandaskan sistem demokrasi dan kapitalisme di tahun 1947 lalu.
Sementara itu, di Korea Utara, atas dukungan Uni Soviet, lahir
pemerintah berdasarkan komunisme.
Akibat penyerangan oleh Korea Utara, Korea mengalami perang mulai tahun
1950 hingga tahun 1953. Keikutsertaan pasukan PBB dan pasukan Cina,
mencapai perjanjian gencatan senjata dan pembagian semenanjung Korea
terus berlangsung hingga sekarang.
Setelah itu, Korea Selatan melewati masa kekacauan di tahun 1960-an,
mencapai pertumbuhan ekonomi yang dijuluki 'Keajaiban Sungai Han' di
tahun 1970-an dan memperoleh demokrasi lewat sistem pemilihan presiden
secara langsung di akhir tahun 1980-an. Serasi dengan itu, terlepas dari
masa perang dingin, Korea Selatan dan Korea Utara mengakui ideologinya
masing-masing dan membuka ufuk baru masa perdamaian, rekonsiliasi dan
hubungan kerjasama antar Korea.
Sumber: http://world.kbs.co.kr