Rabu, 29 Januari 2014

For You.... (Part 1 of 2)

Share it Please

Dicky P.O.V

Apa kau tahu rasanya disalahkan oleh orang yang kau cintai?
Apa kau tahu rasanya dibenci oleh orang yang kau cintai?
Apa kau tahu rasanya dijauhi oleh orang yang kau cintai?

Rasanya sakit....
Sangat sakit...

Aku merasakannya saat ini. Aku tahu rasanya disalahkan, dibenci dan dijauhi oleh orang yang kucintai. Kau tahu? rasanya seperti lebih baik mati daripada harus begini. Melihatnya menatapku dengan marah, mendengar kata-katanya yang tidak ingin aku berada di dekatnya, melihatnya menepis tanganku ketika ku berniat menolongnya, rasanya seperti beribu pedang tajam menusuk dadaku.

Tapi walaupun kubilang rasanya lebih baik mati...
Tapi aku tahu...
Aku tidak boleh mengakhiri hidupku sekarang
Itu hanya pikiran orang bodoh, ya kan?

Sekarang...Aku akan tetap mencintainya
Akan tetap menjaganya
Akan tetap berdiri di sampingnya

Berharap suatu saat dia sadar
Aku selalu ada untuknya
Only to her....

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

@ Rumah Sakit

Hari ini aku akan mengunjunginya. Mengunjungi gadis yang aku cintai. Aku berjalan di lorong RS sambil membawa sebuket bunga mawar. Bunga mawar merah, bunga kesukaannya. Tapi belum sampai di kamar rawatnya, aku melihat dia sedang berjalan sambil tangannya meraba-raba dinding. Tiba-tiba dia terjatuh karena kakinya tersandung pot bunga. Aku segera berlari menghampirinya, dan lalu memegang lengan tangannya untuk membantunya berdiri. Dia hanya diam saat aku membantunya berdiri.

" Apa kau baik-baik saja? Ayo kuantar ke kamarmu." ucapku sambil menggandeng tangannya.

" Lepaskan tanganku. Walaupun aku buta, tapi aku tak butuh bantuanmu." ucapnya dingin sambil berusaha melepaskan tanggannya dariku.

" Aku hanya ingin mengantarkanmu." ucapku.

" Tidak. Aku bisa sendiri. Tolong lepaskan tanganku. Dan pergi dari sini." ucapnya. Akhirnya aku mengalah, aku melepaskan tangannya. Tapi aku tak bisa begitu saja meninggalkannya dan pergi dari sini. Dia lalu berjalan pelan, sangat pelan. Sambil dibantu kedua tangannya meraba-raba dinding. Aku menatap punggungnya yang mulai jauh. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya ke kamarnya. Aku tidak ingin dia kenapa-napa seperti tadi lagi.

Sepanjang dia berjalan, mungkin sudah 2 sampai 5 kali dia jatuh. Ingin rasanya aku menolongnya, tapi sepertinya dia tahu aku mengikutinya, hingga dia dengan cepat berdiri dan lalu berjalan kembali. Tidak ingin aku menolongnya lagi.

Beberapa waktu kemudian dia berhenti, dia sudah sampai di depan pintu kamarnya. Tapi dia tidak segera membuka pintu. Dia malah menengokkan kepalanya kebelakang, ke arahku.

" Kak, tolong pergilah. Aku ingin sendiri." ucapnya. Benarkan? dia tahu aku mengikutinya. Sepertinya aku sudah tidak bisa berpura-pura tidak didekatnya. Lebih baik aku pergi sekarang.

" Baiklah. Tapi aku akan kembali besok." ucapku.

" Terserah." ucapnya cuek lalu membuka pintu dan masuk ke kamarnya. Setelah itu, dia menutup pintu. Aku membuang sebuket bunga mawar yang kubawa, lalu berjalan pergi dari sini.

@ My Home

Aku memarkirkan mobilku di depan rumah dan menyuruh penjaga rumah untuk memasukkan mobilku ke garasi. Lalu dengan lunglai aku membuka pintu rumah dan masuk.

" Kak Morgan." ucapku kaget melihat ada kakakku di rumah. Ah... madsudku kakak tiriku. Bukannya dia tinggal di apartemennya? Sedang apa dia disini?

" Hai Dick! Dari mana kau?" tanyanya. Wajahku menjadi lesu sekarang. Mengingat kejadian di rumah sakit tadi.

" Biasa kak. Dari RS." jawabku. Lalu aku duduk di sofa yang dia juga duduki.

" Menjenguk Putry? Bagaimana kabarnya?" tanya Kak Morgan.

" Dia baik-baik saja. Hanya saja......" jawabku tak ku teruskan.

" Hanya saja dy masih tak mau bertemu denganmu?" tebaknya. Aku mengangguk. Membenarkan tebakannya. Lalu dia menepuk-nepuk bahuku, mencoba memberiku semangat.

" Bersabarlah. Suatu hari nanti dia pasti menerimamu kembali." ucapnya.

" Terima kasih kak." ucapku. Ya, pasti suatu hari nanti Putry akan menerimaku kembali. Hanya menunggu waktu. Aku dan dia akan bersama kembali nanti. Nanti.

@ Keesokan harinya
@ RS

Hari ini aku kembali mengunjunginya. Aku juga membawa sebuket bunga mawar untuknya. Bedanya, hari ini aku tidak datang sendiri, Kak Morgan bersedia menemaniku untuk menjenguknya.

Kini kami berada tepat di depan kamarnya. Aku membuka pintu, tapi tidak hingga terbuka semua, hanya kubuka sedikit. Mengintip dirinya yang sedang duduk di tempat tidurnya. Setelah memberanikan diri, aku membuka lebar pintu itu, dan masuk bersama Kak Morgan.

" Pagi, Putry!" Kak Morgan menyapa Putry duluan. Dia menghampiri Putry, sedangkan aku menaruh beberapa tangkai bunga mawar di vas. Ku lihat Putry tersenyum senang mendengar sapaan Kak Morgan. Ya, mereka memang cukup dekat. Walaupun tidak sedekat aku dan Putry yang adalah sepasang kekasih, tapi mungkin Putry sudah menganggapku bukan siapa-siapanya lagi.

" Kak Morgan!" ucap Putry semangat. Sepertinya Putry sangat senang dengan kehadiran Kak Morgan.

" Bagaimana kabarmu? Sudah lama aku tidak melihatmu." tanya Kak Morgan.

" Aku baik-baik saja. Walau mungkin tidak untuk mataku. Ah.. lupakan itu, apa kau datang sendiri untuk menjengukku?" jawab dan tanya Putry. Kak Morgan melihatku sebentar. lalu melihat Putry kembali.

" Aku datang bersama Dicky." ucap kak Morgan yang membuat ekpresi Putry berubah. Dia terlihat tidak suka dengan jawaban Kak Morgan barusan.

" Dimana Kak Dicky?" tanyanya.

" Aku disini." jawabku. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Apa dia akan mengusirku? Apa dia akan memarahiku? God, aku tidak siap dengan yang akan dia katakan setelah ini.

" Bisakah kau pergi? Tolong tinggalkan aku dan Kak Morgan." ucap Putry. Jleb, rasanya seperti Putry menembakku dan sebuah peluru tertancap tepat di jantungku. Dia menyuruhku pergi lagi. Kapan semua ini berubah? Kapan aku bisa bersamanya lagi seperti dulu? Suatu hari? Suatu hari kapan? 5 tahun lagi? 10 tahun lagi? 20 tahun lagi? bisakah aku menunggu selama itu?

Kak Morgan menatapku dengan tatapan merasa bersalah. Aku menggeleng kepadanya, berusaha mengatakan kalau aku tidak apa-apa. Aku hanya bisa tersenyum pahit, lalu berjalan pelan meninggalkan mereka.

" Selamat bersenang-senang." ucapku sambil berjalan pergi. Kini aku ada di depan pintu kamar Putry. Mengintip apa yang dilakukan Putry dan Kak Morgan. Kak Morgan sedang menyuapi Putry, dan Putry terlihat senang Kak Morgan menyuapinya. Tubuhku merosot, dan akhirnya aku terduduk. Kapan ini berakhir?

Lebih baik aku pergi dari sini. Melihatnya hari ini sudah cukup.

@ My Home
@ My Bed room

" Huft..." aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Mengambil remote di meja sebelah bed ku dan lalu menyalakan TV. Mencoba menikmati sebuah film. Di film itu tokoh utamanya adalah seorang gadis penyakitan, dia putus asa dan lalu mencoba bunuh diri. Tapi untungnya, seorang lelaki menghentikannya.

Ah... aku ingat, Putry juga pernah mencoba bunuh diri. Disaat dia pertama kali tahu kalau matanya buta. Dia sangat sedih dan berusaha mengakhir hidupnya. Dia tidak ingin melihat warna hitam setiap harinya, dia bilang dia ingin melihat warna lain, dia ingin melihat dunia yang indah. Dia ingin mewujudkan impiannya menjadi seorang arsitek.

Itu semua salahku. Aku yang membuatnya buta. Aku yang membuatnya membenciku. Aku yang membuatnya terpuruk sekarang. Jika saja waktu itu aku tak mengajaknya pergi. Jika saja aku tak memintanya menemaniku. Ini tidak akan menjadi seperti ini... Jika saja..... di hari itu dia tidak pergi dengan ku

Hari itu aku memintanya untuk menemaniku. Awalnya dia menolak karena hari sedang hujan. Tapi akhirnya dia mau menemaniku setelah aku berkata " Aku akan menjagamu kalau terjadi apa-apa." Tapi semua tidak berjalan baik, saat aku menyetir, ada sebuah mobil yang berkecepatan tinggi berjalan ke arahku, reflek aku memutar stir, dan malah mobil yang aku tumpangi bersama Putry menggelinding ke jurang dan jatuh terbalik. Mobilku menghantam sebuah batu besar yang membuat kaca mobilku pecah, dan beberapa pecahan itu mengenai mata Putry dan menyebabkan matanya buta.

" Maafkan aku Put, aku telah melanggar ucapanku sendiri. Aku tidak bisa melindungimu. Maafkan aku..." ucapku sambil menatap foto Putry yang aku pajang di meja tempatku mengambil remote tadi.

Hyangsuppurijima ireoda yeochinhante deulkindan mallya
Banjjagi bareujima ireoda ose mudeum andoendan mallya
Nunan nunajiman jeongmal naega naega joheumyeon geureotamyeon
Ttansorihajiman geunyang naega hajandaerohae geudaerohae
Hyangsuppurijima...
(Teen Top_No More Perfume on You)

Sebuah suara membuyarkan lamunanku tentang Putry. Ah.. suara HP Kak Morgan. Berisik sekali.

Aku beranjak dari bed ku dan pergi ke kamar Kak Morgan yang ada di sebelah kamarku. Lalu mengambil HP kak Morgan yang ada di bed nya. Ada sebuah SMS dari Kak Ella. Hm.. aku ingat, Kak Ella itu mantan Kak Morgan. Untuk apa dia meng-SMS Kak Morgan? Iseng, aku membuka pesan itu... dan mataku terbelalak kaget membacanya.

From: Ella

Ku dengar rencanamu gagal, right?
Bukankah kau ingin mencelakai adik 'tiri' mu itu
Untuk mendapatkan Putry
Tapi malah kau membuat pujaan hatimu itu buta
Kasian sekali....

Aku melempar keras HP Kak Morgan. Entah menjadi seperti apa Hp nya sekarang. I don't care. Aku berlari menuju kamarku dan lalu menutup pintu keras. Aku duduk bersandar pintu sambil meremas-remas rambutku. Argh.... apa yang sebenarnya terjadi di hidupku ini? Apa salahku sehingga aku harus merasakan semua ini? Gadis yang ku cintai kini membenciku, Kakak tiriku yang sudah ku anggap kakak kandung ternyata berusaha mencelakaiku untuk mendapat kan Putry, jadi selama ini Kak Morgan menyukai Putry? Aish... apa lagi yang akan terjadi  berikutnya?

" AAAARRRRRRGHHHHHHH!!!!!" Aku berteriak frustasi.

" Hosh.. hoshh..." dadaku terasa sesak. Apa ini karena aku berteriak tadi? tapi hanya berteriak seperti itu apa bisa membuat dadaku sesakit ini? Ku rasakan dadaku semakin sakit, pandanganku mulai kabur dan lalu semua gelap....

Bersambung.....

Jangan lupa komen+like nya

by: Elvina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Blogroll

Follow The Author